GAIRAH SEORANG JANDA MUDA

GAIRAH SEORANG JANDA MUDA

GAIRAH SEORANG JANDA MUDA
GAIRAH SEORANG JANDA MUDA

Begini awalnya,Bi Rani terbilang sudah lama menjadi pembantu di rumah Tuan bagas. Ini merupakan tahun kedua ia bekerja di sana. Bi Rani merasa senang karena keluarga Tuan Bagas baik dan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang pembantu. Bi Rani sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Tuan Bagas, yang terlalu baik terhadap bi Rani dari siapapun.
Namun ia tak mau memperdulikanya. Sepanjang hidupnya terjamin, diapun dapat menabung lebih untuk jaminan hari tua. Untuk kelakuan Tuan Bagas yang selalu minta jatah jika istrinya sedang tak di rumah, itu adalah urusan lain. Ia tak memperdulikannya bahkan ikut menikmati juga karena tuan Bagas sangat ahli dalam memuaskan.

Walaupun bi Rani dari kampung, Bibi Rani mempunya badan yang bahenol. Usianya tergolong masih muda, sekitar 28 tahunan. Penampilannya juga tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih menggairahkan.

Bahkan Tuan Bagas sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang ketat dan montok serta di pijit masih kenyal. Kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. wajah sih biasa dan tidak terlalu cantik  namun memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Menurut Tuan Bagas saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur pas ada kesempatan.

Dalam usianya yang masih muda ini, Bi Rani bekas janda muda yang cukup lama ditinggal suami dan dia masih memiliki nafsu yang cukup tinggi dan suka bercinta dengan majikannya itu, meski ia pernah bercinta dengan Satpam penjaga rumah yang bernama Daulat.

Perselingkuhannya dengan Daulat berawal ketika di tinggal oleh keluarga Bagas dan Tuan Bagas sendiri yang sedang pergi ke luar negeri selama seminggu penuh. Selama itu pula Bi Rani merasa kesepian dan penuh nafsu, tak ada lelaki yang mengisi bisa memuaskan nafsunya.

Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu dingin. Tak tahan oleh nafsunya yang meledak - meledak itu, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya di kamar belakang.

Malam itu, Bi Rani kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu. Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan Bagas dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin kacau saat dia melewati kamar tidur Tuan Bagas dan mendegar Tuan Bagas sedang bercinta dengan istrinya.

Ia juga membayangkan istrinya itu pasti akan terjerit-jerit menghadapi gempuran Tuan Bagas yang memiliki ’senjata’ dahsyat. Bayangan batang petongan Tuan Bagas yang besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Bi Rani merangsang sambil menahan nafsunya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Daulat untuk menggantikannya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah.

Kalau ketahuan bisa hancur akibatnya dan nasib mereka kedepan nantinya. Akhirnya Bi Rani hanya bisa mengelus dan memasukan jari di dalam petnya itu dan memijit putingnya itu sambil membayangkan pada saat bercinta dengan Tuan Bagas.



http://beritaupdatekini.blogspot.com

Dalam bayangan Bi Rani merasakan ke lembutan yang di berikan Tuan Bagas ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Bagas.

Pelan - Pelan melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Bi Rani mengeruarkan air yang keluar dari petnya itu dan Bi Rani pun

“Remas.. uugghh.. sambil memeras keras buah dadanya... aduuhh enaknya..”

Setelah tertidur pun Bi Rani bermimpi akan kenimkatan bercinta dengan Tuan bagas pada saat Kedua tangan Bi Rani memegang kepala Tuan Bagas itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bi Rani terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun.

Tetapi Perlahan ia menutup kedua matanya kembali sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya dibuka kembali, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu. Ia mengira Tuan Bagas yang sedang mencumbuinya.

Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang?

Bi Rani langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan Tuan Bagas akan situasi yang tidak memungkinkan ini. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Bagas?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Ali, putra tunggal majikannya yang masih berumur 17 tahunan!?

“Den Ali?!” panggilnya sambil menahan suaranya.

“Den ngapain di kamar Bibi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Ali yang merah padam.

Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.

“Bi.. ngghh.. anu.. ma-maafin Ali..” katanya dengan suara memelas.

Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bibi Rani.

“Tapi.. barusan ... ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak majikannya berani berbuat seperti itu padanya.

“Ali.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman..” katanya menjelaskan.

“Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat.. ngghh.. Ali nggak tahan..” katanya kemudian.

“Oohh.. Den Ali.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana?” Tanya Bi Rani.

“Ali tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab Ali ragu-ragu.

“Tapi kenapa?” Tanya Bi Rani penasaran

“Ali pengen kayak kang Daulat?..” jawabnya kemudian.

Kepala Bibi Rani bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Ali. Berarti dia tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?

“Kenapa Den Ali pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.

“Ali sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh.. anu..”

“Anu apa?” desak Bi Rani makin penasaran.

“Ali suka ngintip.. Bibi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah pakaian tidur Bi Rani yang sudah terbuka lebar.

Ali melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada pengasuhnya itu. Bi Rani dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bi Rani dalam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya.

“Boleh khan Bibi?” kata Ali kemudian.

“Boleh apa?” sentak Bi Rani mulai sewot.

“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta Ali tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi Rani.

“Den Ali jangan kurang ajar begitu sama perempuan..,” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”

“Kok Kang Daulat boleh? Nanti Ali bilangin lho..” kata Ali mengancam.

“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa..” kata Bi Rani panik.

“Kalau gitu boleh dong Ali?”

Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Bi Rani berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. Bi Rani lalu tersenyum kepada Ali sambil meraih tangannya.

“Den Ali mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan Ali ke atas buah dadanya.

“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.

Ali meremas kedua bukit kembar milik Bi Rani dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana Den.. enak nggak?” Tanya Bibi Rani sambil melirik wajah anak itu.
“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir Bibi Rani.

Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?

Setelah berpikiran seperti itu, Bibi Rani menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Bi Rani jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu.

Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Bagas, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batangnya itu untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.

Lalu ia biarkan Andre meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. Ali mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Bibi Rani yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.

“Sakit Bibi?” tanyanya.

“Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”

Andre mengikuti semua perintah Bi Rani. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Ali dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.

Bi Rani terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Ali satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya.

Perasaan Bi Rani seraya melayang dengan di embun ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan Ali di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya.

Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya Bibi Rani mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. Bibi Rani memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur. “Tidak bebas”, katanya.

Ali terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Bibi Rani.

“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan.. ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh Den enaak!”


http://beritaupdatekini.blogspot.com
GAIRAH SEORANG JANDA MUDA

Ali semangat mendengar erangan Bibi Rani yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Bibi Rani. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bibi Rani melenguh. Ali meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari Ali mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.

“Akhh.. Den masukin terusshh.. ya begitu. Oohh Den Ali pinter!” desah Bibi Rani mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.
Sambil terus menyuruh Ali berbuat ini dan itu. Tangan Bibi Rani mulai menggerayang ke tubuh Ali. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu.

“Mmmpphh..”, desah Bibi Rani begitu merasakan batang anak itu sudah keras seperti baja.

Ia melirik ke bawah dan melihat batang Ali mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bibi Rani mengocok perlahan batang itu. Ali melenguh keenakan.

“Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh!” suara Ali perlahan.

Bibi Rani tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat Bibi Rani semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang memeknya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu.., Bibi Rani merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme. Heran juga.

Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.

Ali terperangah menyaksikan ekspresi wajah Bibi Rani yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Ali menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Bibi Rani kesakitan.

“Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan?” tanyanya demikian polos.

“Nggak sayang.. Bibi justru sedang menikmati perbuatan Den Ali,” demikian kata Bibi Rani seraya menciumi wajah tampan anak itu.

Dengan penuh nafsu, bibir Ali emut, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Ali senang melihat kegarangan Bibi Rani. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara pengasuhnya ini, lalu mempermainkan putingnya.

“Aduh Den.. enak sekali. Den Ali makin pinter.. uugghh!” erang Bibi Rani jadi sangat menikmatinya.

Bibi Rani benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin Ali masih perjaka tulen. Bibi Rani semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka.

Lalu ia mendorong tubuh Ali hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu di sekitar kemaluan Ali. Melumat batang yang sudah tegak bagai besi tiang pancang dan megulumnya dengan penuh nafsu.

Tubuh Ali berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah Bibi Rani mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata ke sekujur batang kemaluannya. Ali merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu.

Bahkan saking enaknya, Ali merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. Bibi Rani rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan Ali sehingga tidak langsung menyembur.

“Akh Bibi.. kenapa?” Tanya Ali bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.

“Nggak apa-apa. Tenang saja, Den. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh Ali.

Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Bibi Rani mengarahkan batang Ali persis ke arah liang memeknya. Perlahan-lahan tubuh Bibi Rani turun sambil memegang batang Ali yang sudah mulai masuk.

“Uugghh.. enak nggak Den?”

“Aduuhh.. Bibi Rani.. sedaapphh..!” pekiknya.

Ali merasakan batangnya seperti disedot liang memek Bibi Rani. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. batangnya bergerak cepat keluar masuk liang nikmat itu. Bibi Rani tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan batang Ali.

“Auugghh Deenn..uueennaakk!” jerit Bibi Rani seperti kesetanan.

“Terus Den, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..”

Andre mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.

“Bi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.

“Iya Den.. ayo.. keluarin aja. Bibi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal.

Ali mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang memek Bibi Rani dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh Bibi Rani erat-erat, Ali menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.

“Crot.. croott.. crott!”

“Aaakkhh..” Bibi Rani juga mengalami orgasme.

Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Ali.

“Ooohh.. Deenn.. hebat sekali..”
Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum Bibi Rani mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Ali.

“Gimana Den. Enak khan?”

“Iya Bibi, enak sekali,” jawab Ali seraya memeluk Bibi Rani.

Tangannya mencolek nakal ke buah dada Bibi Rani yang menggelantung persis di depan mukanya.

“Ih Aden nakal,” katanya semakin genit.

Tangan Bibi Rani kembali merayap ke arah batang Ali yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.
“Bibi isep lagi ya Den?”

Ali hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Bibi Rani ketika mengulum batangnya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Ali meninggalkan kamar Bibi Rani dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa dan tak terlupakan.
GAIRAH SEORANG JANDA MUDA GAIRAH SEORANG JANDA MUDA Reviewed by Bell Septiani on 6:46 PM Rating: 5

1 comment:

Powered by Blogger.